Pengembangan Kurikulum yang Inklusif di Amerika Serikat

Pengembangan Kurikulum yang Inklusif di Amerika Serikat – Pendidikan adalah fondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Namun, untuk mencapai kesetaraan dan inklusivitas dalam sistem pendidikan, penting untuk merancang kurikulum yang memperhatikan kebutuhan dan keberagaman setiap individu. Pengembangan kurikulum yang inklusif menjadi kunci untuk memberikan kesempatan belajar yang setara bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, atau keberagaman lainnya.

Mengapa Kurikulum Inklusif Penting?

Mengakomodasi Kebutuhan Beragam: Setiap siswa memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda. Dengan kurikulum yang inklusif, pendidik dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan ini, memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses terhadap materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pengembangan Kurikulum yang Inklusif di Amerika Serikat

Mendorong Kesetaraan: Kurikulum yang inklusif membantu menciptakan lingkungan belajar yang adil dan setara bagi semua siswa, tanpa memandang perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, atau kultural. Ini membantu mengurangi kesenjangan dalam hasil pendidikan dan memberikan setiap individu kesempatan untuk berkembang secara maksimal.

Mempersiapkan Siswa untuk Dunia yang Beragam: Di era globalisasi ini, kemampuan untuk berinteraksi dan bekerja dengan individu dari latar belakang yang beragam menjadi semakin penting. Kurikulum yang inklusif membantu mempersiapkan siswa untuk menghargai keragaman, membangun keterampilan kolaborasi, dan menjadi pemimpin yang inklusif di masa depan.

Prinsip Pengembangan Kurikulum yang Inklusif

Partisipasi Masyarakat: Melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk siswa, orang tua, pendidik, dan komunitas lokal dalam proses pengembangan kurikulum. Ini memastikan bahwa kebutuhan dan perspektif semua pihak dipertimbangkan.

Dukungan Keterampilan Hidup: Selain fokus pada aspek akademik, kurikulum inklusif juga menekankan pengembangan keterampilan hidup yang penting, seperti keterampilan komunikasi, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan kerja sama.

Dukungan untuk Kebutuhan Khusus: Memberikan dukungan khusus bagi siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus atau kebutuhan lainnya, termasuk penyediaan aksesibilitas dan adaptasi materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu.

Implementasi Kurikulum Inklusif

Implementasi kurikulum inklusif memerlukan kolaborasi antara semua pemangku kepentingan dalam pendidikan. Ini melibatkan pelatihan pendidik dalam strategi pengajaran yang inklusif, alokasi sumber daya yang memadai, dan penilaian yang adil dan berkelanjutan.

Pengembangan kurikulum yang inklusif adalah langkah maju dalam membangun sistem pendidikan yang adil, merangsang, dan berdaya guna bagi semua siswa. Dengan memperhatikan kebutuhan dan keberagaman setiap individu, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap siswa untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan komitmen bersama untuk inklusivitas, pendidikan dapat menjadi kekuatan pendorong dalam mewujudkan perubahan positif dalam masyarakat dan mempersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi tantangan global dengan keberanian dan pemahaman yang mendalam.

Penyelenggaraan Program Pendidikan Karier di Amerika Serikat

Penyelenggaraan Program Pendidikan Karier di Amerika Serikat – Pendidikan karier telah menjadi fokus utama dalam mempersiapkan individu untuk memasuki pasar kerja yang semakin kompetitif. Di Amerika Serikat, penyelenggaraan program pendidikan karier menjadi kunci dalam memenuhi tuntutan industri modern yang terus berubah. Dengan penekanan yang semakin besar pada pengembangan keterampilan praktis dan profesional, program pendidikan karier di Amerika Serikat menawarkan peluang luar biasa bagi siswa untuk mengasah bakat mereka menuju kesuksesan.

Pendidikan Karier: Menghadapi Tantangan Abad ke-21

Keterampilan yang Relevan: Program pendidikan karier di Amerika Serikat dirancang untuk memberikan siswa keterampilan yang relevan dengan tuntutan pasar kerja modern. Ini mencakup keterampilan teknis, manajerial, dan interpersonal yang diperlukan untuk berhasil dalam berbagai industri.

Penyelenggaraan Program Pendidikan Karier di Amerika Serikat

Koneksi dengan Industri: Salah satu keunggulan utama dari program pendidikan karier di Amerika Serikat adalah hubungannya dengan dunia industri. Melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan terkemuka, siswa memiliki akses ke magang, proyek kolaboratif, dan jaringan profesional yang dapat membantu memperluas peluang karier mereka.

Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Program pendidikan karier di Amerika Serikat menekankan fleksibilitas dan adaptabilitas. Mereka sering kali menawarkan pilihan kursus yang beragam dan fleksibel, sehingga siswa dapat menyesuaikan pengalaman pendidikan mereka sesuai dengan minat dan tujuan karier mereka.

Tren Terkini dalam Pendidikan Karier

Pengembangan Keterampilan Digital: Dalam era digital saat ini, pengembangan keterampilan digital menjadi sangat penting. Program pendidikan karier di Amerika Serikat memasukkan pelatihan intensif dalam bidang seperti analisis data, keamanan cyber, dan pengembangan perangkat lunak untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan teknologi yang terus berkembang.

Kewirausahaan dan Inovasi: Semakin banyak program pendidikan karier di Amerika Serikat yang menekankan kewirausahaan dan inovasi. Mereka memberikan siswa peluang untuk belajar tentang proses bisnis, strategi pemasaran, dan pengembangan produk, mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin dan pengusaha masa depan.

Proses Pendaftaran dan Biaya

Proses pendaftaran untuk program pendidikan karier di Amerika Serikat bervariasi tergantung pada institusi dan program yang dipilih. Siswa diharapkan untuk melengkapi aplikasi, menyertakan transkrip akademik, surat rekomendasi, dan mungkin juga hasil tes standar seperti SAT atau ACT. Biaya pendidikan juga bervariasi, tetapi banyak institusi menawarkan bantuan keuangan berupa beasiswa, hibah, dan pinjaman mahasiswa.

Penyelenggaraan program pendidikan karier di Amerika Serikat tidak hanya menghasilkan lulusan yang berkualitas secara akademik, tetapi juga siswa yang siap menghadapi dunia kerja yang dinamis. Dengan fokus pada pengembangan keterampilan praktis, hubungan industri yang kuat, dan adaptabilitas terhadap tren terkini, program pendidikan karier di Amerika Serikat membuka pintu menuju kesempatan karier yang tak terbatas. Dengan memanfaatkan peluang yang ada dan tekad yang kuat untuk berhasil, siswa dapat mengasah bakat mereka dan mengukir jejak menuju kesuksesan yang gemilang dalam karier mereka.

Penekanan Pembelajaran Keterampilan Digital di Amerika

Penekanan Pembelajaran Keterampilan Digital di Amerika – Dalam era digital yang terus berkembang pesat, kebutuhan akan keterampilan digital semakin mendesak. Amerika Serikat, sebagai salah satu pusat teknologi dan inovasi terkemuka di dunia, tidak hanya mengakui pentingnya keterampilan digital, tetapi juga menekankan perlunya integrasi yang lebih dalam dari keterampilan ini dalam sistem pendidikan. Perdebatan mengenai penekanan pembelajaran keterampilan digital telah menjadi topik hangat di kalangan pendidik, pengambil kebijakan, dan masyarakat umum di Amerika Serikat.

Pentingnya Keterampilan Digital

Relevansi dengan Tuntutan Pasar Kerja: Di tengah transformasi digital, banyak pekerjaan yang sebelumnya membutuhkan keterampilan tradisional kini memerlukan penguasaan teknologi dan keterampilan digital. Dari pengolahan data hingga desain grafis, keterampilan digital menjadi fondasi yang diperlukan untuk berbagai bidang pekerjaan.

Penekanan Pembelajaran Keterampilan Digital di Amerika

Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas: Penguasaan keterampilan digital tidak hanya memungkinkan individu untuk bekerja lebih efisien tetapi juga meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Kemampuan untuk menggunakan perangkat lunak dan aplikasi digital secara efektif dapat membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih cepat dan akurat.

Pembelajaran Seumur Hidup: Keterampilan digital bukanlah sesuatu yang hanya penting untuk dimiliki oleh generasi muda. Bahkan, dalam masyarakat yang terus berubah dan beradaptasi, pembelajaran keterampilan digital menjadi penting bagi semua orang sepanjang rentang usia, sehingga memungkinkan pembelajaran seumur hidup.

Penekanan dalam Kurikulum Pendidikan

Integrasi dalam Kurikulum Sekolah: Banyak sekolah di Amerika Serikat telah mulai mengintegrasikan pembelajaran keterampilan digital dalam kurikulum mereka, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat menengah dan tinggi. Mata pelajaran seperti ilmu komputer, pemrograman, desain web, dan literasi media menjadi bagian penting dari pembelajaran.

Pelatihan Guru: Selain siswa, pelatihan guru dalam hal keterampilan digital juga menjadi fokus. Guru perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengajar dan memfasilitasi pembelajaran keterampilan digital dengan efektif.

Kemitraan dengan Industri: Sekolah dan perguruan tinggi di Amerika Serikat semakin menjalin kemitraan dengan industri teknologi untuk menyediakan peluang pembelajaran praktis dan magang bagi siswa. Ini memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya.

Tantangan dan Solusi

Aksesibilitas dan Kesenjangan Digital: Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan akses dan keterampilan digital antara berbagai komunitas. Solusinya adalah dengan menyediakan akses yang lebih luas terhadap infrastruktur teknologi dan pelatihan keterampilan digital yang terjangkau bagi semua individu.

Perubahan Cepat dalam Teknologi: Teknologi terus berkembang dengan cepat, sehingga menuntut pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan adaptif. Permanen memperbarui kurikulum dan pelatihan guru menjadi penting untuk menjaga relevansi pembelajaran.

Penekanan pembelajaran keterampilan digital di Amerika Serikat mencerminkan kesadaran akan pentingnya persiapan menghadapi tantangan abad ke-21. Dengan mengintegrasikan keterampilan digital dalam kurikulum pendidikan, Amerika Serikat berusaha untuk mempersiapkan generasi masa depan dengan bekal yang dibutuhkan untuk sukses dalam masyarakat yang semakin terhubung secara digital.

Perdebatan Penambahan Hari Belajar di Amerika Serikat

Perdebatan Penambahan Hari Belajar di Amerika Serikat – Di tengah dinamika sistem pendidikan Amerika Serikat, terdapat sebuah perdebatan yang semakin memanas mengenai penambahan hari belajar di sekolah-sekolah. Permasalahan ini menjadi fokus utama para ahli pendidikan, pemerintah, orangtua, dan masyarakat umum. Dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang, mari kita telaah lebih dalam tentang kontroversi ini.

Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, muncul desakan untuk menambah jumlah hari belajar di sekolah-sekolah Amerika Serikat. Para pendukung penambahan hari belajar berargumen bahwa pendidikan yang lebih banyak waktu akan memberikan siswa kesempatan lebih besar untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka. Mereka percaya bahwa sistem pendidikan Amerika Serikat harus mengejar standar internasional yang menuntut lebih banyak jam pembelajaran.

Perdebatan Penambahan Hari Belajar di Amerika Serikat

Namun, di sisi lain, ada juga kekhawatiran terkait dampak psikologis dan sosial dari penambahan hari belajar. Beberapa orangtua dan guru khawatir bahwa tekanan tambahan ini dapat menyebabkan kelelahan siswa dan menurunkan kualitas hidup mereka di luar kelas.

Argumen Pro dan Kontra

Pro Penambahan Hari Belajar:

Peningkatan Kualitas Pendidikan: Lebih banyak waktu belajar dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi materi, berlatih keterampilan, dan mendapatkan bimbingan tambahan.

Persiapan yang Lebih Baik: Dengan lebih banyak waktu di sekolah, siswa dapat lebih baik dipersiapkan untuk menghadapi ujian standar dan evaluasi akademik lainnya. Ini dapat membantu meningkatkan hasil akademik secara keseluruhan.

Menyamakan Standar Internasional: Negara-negara lain yang mencapai kesuksesan akademik sering memiliki jadwal pembelajaran yang lebih intensif. Dengan menambah hari belajar, Amerika Serikat dapat lebih kompetitif secara global.

Kontra Penambahan Hari Belajar:

Risiko Kelelahan Siswa: Penambahan jam belajar bisa menyebabkan kelelahan fisik dan mental pada siswa, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Kurangnya Waktu Luang: Waktu di luar sekolah juga penting untuk perkembangan siswa. Penambahan hari belajar dapat mengurangi waktu mereka untuk istirahat, rekreasi, dan aktivitas ekstrakurikuler yang penting.

Beban Finansial Tambahan: Implementasi penambahan hari belajar mungkin memerlukan investasi tambahan dalam infrastruktur sekolah dan sumber daya pendidikan lainnya, yang dapat menimbulkan beban finansial tambahan bagi pemerintah dan distrik sekolah.

Perdebatan tentang penambahan hari belajar di Amerika Serikat merupakan isu yang kompleks dengan beragam argumen yang perlu dipertimbangkan. Sementara beberapa pihak melihat manfaat dalam meningkatkan waktu pembelajaran, yang lain mengkhawatirkan dampak negatifnya terhadap siswa. Penting bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk terlibat dalam dialog yang konstruktif dan mencari solusi yang paling sesuai untuk meningkatkan mutu pendidikan di Amerika Serikat tanpa mengorbankan kesejahteraan siswa.

Pendidikan di Amerika, Meniti Jalan Menuju Kesuksesan

Pendidikan di Amerika, Meniti Jalan Menuju Kesuksesan – Pendidikan di Amerika Serikat telah lama menjadi magnet bagi para pencari ilmu dari seluruh penjuru dunia. Dengan reputasi yang kuat dalam inovasi, keunggulan akademik, dan kebebasan berekspresi, Amerika Serikat menawarkan peluang pendidikan yang tak tertandingi. Bagi banyak orang, belajar di Amerika Serikat adalah sebuah impian yang menjadi kenyataan.

Mengapa Pendidikan di Amerika Serikat?

Ragam Institusi Pendidikan: Dari universitas negeri hingga perguruan tinggi swasta, Amerika Serikat menawarkan beragam institusi pendidikan yang memungkinkan siswa memilih lingkungan akademik yang sesuai dengan minat dan tujuan karier mereka.

Pendidikan di Amerika, Meniti Jalan Menuju Kesuksesan

Program Studi yang Beragam: Amerika Serikat terkenal karena menyediakan program studi yang luas dan beragam, mulai dari ilmu pengetahuan hingga seni, teknologi, bisnis, dan humaniora. Ini memungkinkan siswa mengeksplorasi minat mereka dan mengembangkan keahlian yang relevan.

Kualitas Pengajaran yang Tinggi: Banyak institusi pendidikan di Amerika Serikat memiliki fakultas yang terkenal atas keunggulan akademik dan penelitian mereka. Siswa memiliki akses ke dosen-dosen terkemuka dalam bidang mereka yang tidak hanya memberikan pengajaran berkualitas tetapi juga memperkenalkan mereka pada perkembangan terbaru dalam disiplin ilmu mereka.

Kesempatan Magang dan Jaringan Profesional: Amerika Serikat adalah tempat yang ideal untuk memperluas jaringan profesional dan mendapatkan pengalaman praktis melalui magang. Dengan koneksi yang luas dan dinamis, siswa memiliki kesempatan untuk terlibat dalam industri yang relevan dengan minat studi mereka.

Proses Pendaftaran

Proses pendaftaran untuk pendidikan di Amerika Serikat seringkali kompleks dan memerlukan persiapan yang matang. Ini adalah prosedur umum yang harus diikuti.

Pilih Institusi Pendidikan: Teliti berbagai institusi pendidikan dan program studi yang ditawarkan. Pertimbangkan faktor seperti lokasi, biaya, reputasi, dan akreditasi.

Persiapkan Dokumen: Persiapkan dokumen-dokumen seperti transkrip akademik, surat rekomendasi, dan essay aplikasi. Pastikan untuk memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh institusi yang Anda pilih.

Uji Kemampuan Bahasa Inggris: Banyak institusi memerlukan skor TOEFL atau IELTS sebagai bukti kemampuan bahasa Inggris bagi calon mahasiswa internasional. Persiapkan diri Anda dengan baik untuk ujian tersebut.

Ajukan Aplikasi: Ajukan aplikasi secara online atau melalui pos sesuai dengan panduan yang diberikan oleh institusi. Pastikan untuk mengikuti semua petunjuk dengan teliti dan mengirimkan aplikasi sesuai batas waktu yang ditentukan.

Biaya dan Beasiswa

Meskipun biaya pendidikan di Amerika Serikat dapat menjadi tinggi, ada banyak opsi bantuan keuangan yang tersedia bagi siswa internasional. Beasiswa, hibah, dan asisten pembelajaran adalah beberapa contoh bantuan keuangan yang dapat membantu mengurangi beban biaya pendidikan. Penting untuk mencari informasi tentang peluang bantuan keuangan dan mendaftar sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Pendidikan di Amerika Serikat adalah investasi berharga dalam masa depan. Dengan lingkungan akademik yang dinamis, kesempatan belajar yang luas, dan jaringan profesional yang luas, siswa dapat memperoleh pengalaman pendidikan yang tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka tetapi juga membuka pintu menuju peluang karier yang gemilang. Dengan persiapan yang matang dan tekad yang kuat, pendidikan di Amerika Serikat dapat menjadi langkah awal menuju kesuksesan yang gemilang.

6 cognitive automation use cases in the enterprise

Cognitive Automation: Augmenting Bots with Intelligence

cognitive automation tools

For example, if there is a new business opportunity on the table, both the marketing and operations teams should align on its scope. They should also agree on whether the cognitive automation tool should empower agents to focus more on proactively upselling or speeding up average handling time. By enabling the software bot to handle this common manual task, the accounting team can spend more time analyzing vendor payments and possibly identifying areas to improve the company’s cash flow.

Processing these transactions require paperwork processing and completing regulatory checks including sanctions checks and proper buyer and seller apportioning. In this article, we explore RPA tools in terms of cognitive abilities, what makes them cognitively capable, and which RPA vendors provide such tools. Technological and digital advancement are the primary drivers in the modern enterprise, which must confront the hurdles of ever-increasing scale, complexity, and pace in practically every industry. There are a lot of use cases for artificial intelligence in everyday life—the effects of artificial intelligence in business increase day by day. With the help of AI and ML, it may analyze the problems at hand, identify their underlying causes, and then provide a comprehensive solution. RPA operates most of the time using a straightforward “if-then” logic since there is no coding involved.

Dealing with unstructured data and inputs, fixing and validating data as necessary for context or virtual assistants to help with process development all require more cognitive ability from automation systems. Companies want systems to automatically perform reviews on items like contracts to identify favorable terms, consistency in word choice and set up templates quickly to avoid unnecessary exceptions. Since cognitive automation can analyze complex data from various sources, it helps optimize processes. In addition to simple process bots, companies implementing conversational agents such as chatbots further automate processes, including appointments, reminders, inquiries and calls from customers, suppliers, employees and other parties.

“As automation becomes even more intelligent and sophisticated, the pace and complexity of automation deployments will accelerate,” predicted Prince Kohli, CTO at Automation Anywhere, a leading RPA vendor. All of these create chaos through inventory mismatches, ongoing product research https://chat.openai.com/ and development, market entry, changing customer buying patterns, and more. This occurs in hyper-competitive industry sectors that are being constantly upset by startups and entrepreneurs who are more adaptable (or simply lucky) in how they meet ongoing consumer demand.

Kearney: Strategic Options for Resilience @ the Cognitive Automation Summit

He focuses on cognitive automation, artificial intelligence, RPA, and mobility. Basic cognitive services are often customized, rather than designed from scratch. This makes it easier for business users to provision and customize cognitive automation that reflects their expertise and familiarity with the business. In practice, they may have to work with tool experts to ensure the services are resilient, are secure and address any privacy requirements. Additionally, large RPA providers have built marketplaces so developers can submit their cognitive solutions which can easily be plugged into RPA bots. However, it is likely to take longer to implement these solutions as your company would need to find a capable cognitive solution provider on top of the RPA provider.

cognitive automation tools

Claims processing, one of the most fundamental operations in insurance, can be largely optimized by cognitive automation. Many insurance companies have to employ massive teams to handle claims in a timely manner and meet customer expectations. Insurance businesses can also experience sudden spikes in claims—think about catastrophic events caused by extreme weather conditions. It’s simply not economically feasible to maintain a large team at all times just in case such situations occur. This is why it’s common to employ intermediaries to deal with complex claim flow processes.

This Week In Cognitive Automation: Nanotechnology, ‘Deep Mind’ Doubts

The integration of these components creates a solution that powers business and technology transformation. Upgrading RPA in banking and financial services with cognitive technologies presents a huge opportunity to achieve the same outcomes more quickly, accurately, and at a lower cost. The concept alone is good to know but as in many cases, the proof is in the pudding. The next step is, therefore, to determine the ideal cognitive automation approach and thoroughly evaluate the chosen solution. As mentioned above, cognitive automation is fueled through the use of Machine Learning and its subfield Deep Learning in particular. And without making it overly technical, we find that a basic knowledge of fundamental concepts is important to understand what can be achieved through such applications.

The Best RPA Developer Training Courses to Take Online in 2024 – Solutions Review

The Best RPA Developer Training Courses to Take Online in 2024.

Posted: Mon, 04 Mar 2024 08:00:00 GMT [source]

These technologies allow Chat PG to find patterns, discover relationships between a myriad of different data points, make predictions, and enable self-correction. By augmenting RPA solutions with cognitive capabilities, companies can achieve higher accuracy and productivity, maximizing the benefits of RPA. RPA imitates manual effort through keystrokes, such as data entry, based on the rules it’s assigned. But combined with cognitive automation, RPA has the potential to automate entire end-to-end processes and aid in decision-making from both structured and unstructured data.

In this domain, cognitive automation is benefiting from improvements in AI for ITSM and in using natural language processing to automate trouble ticket resolution. Most RPA companies have been investing in various ways to build cognitive capabilities but cognitive capabilities of different tools vary of course. The ideal way would be to test the RPA tool to be procured against the cognitive capabilities required by the process you will automate in your company. Even if the RPA tool does not have built-in cognitive automation capabilities, most tools are flexible enough to allow cognitive software vendors to build extensions. Therefore, required cognitive functionality can be added on these tools.

He observed that traditional automation has a limited scope of the types of tasks that it can automate. For example, they might only enable processing of one type of document — i.e., an invoice or a claim — or struggle with noisy and inconsistent data from IT applications and system logs. Additionally, modern enterprise technology like chatbots built with cognitive automation can act as a first line of defense for IT and perform basic troubleshooting when end users run into a problem.

Some of the duties involved in managing the warehouses include maintaining a record of all the merchandise available, ensuring all machinery is maintained at all times, resolving issues as they arise, etc. “Cognitive automation multiplies the value delivered by traditional automation, with little additional, and perhaps in some cases, a lower, cost,” said Jerry Cuomo, IBM fellow, vice president and CTO at IBM Automation. “This is especially important now in the wake of the COVID-19 pandemic,” Kohli said.

  • By augmenting human cognitive capabilities with AI-powered analysis and recommendations, cognitive automation drives more informed and data-driven decisions.
  • They can also identify bottlenecks and inefficiencies in your processes so you can make improvements before implementing further technology.
  • Processes that follow a simple flow and set of rules are most effective for yielding immediately effective results with nonintelligent bots.
  • Based on this, we describe the relevance and opportunities of cognitive automation in Information Systems research.
  • Aera releases the full power of intelligent data within the modern enterprise, augmenting business operations while keeping employee skills, knowledge, and legacy expertise intact and more valuable than ever in a new digital era.

Only the simplest tools, initially built in 2000s before the explosion of interest in RPA are in this bucket. Cognitive automation may also play a role in automatically inventorying complex business processes. Employee onboarding is another example of a complex, multistep, manual process that requires a lot of HR bandwidth and can be streamlined with cognitive automation. For instance, at a call center, customer service agents receive support from cognitive systems to help them engage with customers, answer inquiries, and provide better customer experiences. Cognitive automation does move the problem to the front of the human queue in the event of singular exceptions. Therefore, cognitive automation knows how to address the problem if it reappears.

These systems require proper setup of the right data sets, training and consistent monitoring of the performance over time to adjust as needed. One organization he has been working with predicted nearly 35% of its workforce will retire in the next five years. They are looking at cognitive automation to help address the brain drain that they are experiencing.

The cognitive solution can tackle it independently if it’s a software problem. If not, it alerts a human to address the mechanical problem as soon as possible to minimize downtime. Due to the extensive use of machinery at Tata Steel, problems frequently cropped up.

The biggest challenge is that cognitive automation requires customization and integration work specific to each enterprise. This is less of an issue when cognitive automation services are only used for straightforward tasks like using OCR and machine vision to automatically interpret an invoice’s text and structure. More sophisticated cognitive automation that automates decision processes requires more planning, customization and ongoing iteration to see the best results. Deloitte explains how their team used bots with natural language processing capabilities to solve this issue.

For example, employees who spend hours every day moving files or copying and pasting data from one source to another will find significant value from task automation. These AI-based tools (UiPath Task Mining and Process Mining, for example) analyze users’ actions and IT systems’ data to suggest processes with automation potential as well as existing gaps and bottlenecks to be addressed with automation. Besides the application at hand, we found that two important dimensions lay in (1) the budget and (2) the required Machine Learning capabilities.

In its most basic form, machine learning encompasses the ability of machines to learn from data and apply that learning to solve new problems it hasn’t seen yet. Supervised learning is a particular approach of machine learning that learns from well-labeled examples. Companies are using supervised machine learning approaches to teach machines how processes operate in a way that lets intelligent bots learn complete human tasks instead of just being programmed to follow a series of steps. This has resulted in more tasks being available for automation and major business efficiency gains. By augmenting RPA with cognitive technologies, the software can take into account a multitude of risk factors and intelligently assess them. This implies a significant decrease in false positives and an overall enhanced reliability of autonomous transaction monitoring.

Besides conventional yet effective approaches to use case identification, some cognitive automation opportunities can be explored in novel ways. According to Deloitte’s 2019 Automation with Intelligence report, many companies haven’t yet considered how many of their employees need reskilling as a result of automation. Currently there is some confusion about what RPA is and how it differs from cognitive automation. With light-speed jumps in ML/AI technologies every few months, it’s quite a challenge keeping up with the tongue-twisting terminologies itself aside from understanding the depth of technologies.

If your organization wants a lasting, adaptable cognitive automation solution, then you need a robust and intelligent digital workforce. That means your digital workforce needs to collaborate with your people, comply with industry standards and governance, and improve workflow efficiency. Intelligent virtual assistants and chatbots provide personalized and responsive support for a more streamlined customer journey. These systems have natural language understanding, meaning they can answer queries, offer recommendations and assist with tasks, enhancing customer service via faster, more accurate response times. Accounting departments can also benefit from the use of cognitive automation, said Kapil Kalokhe, senior director of business advisory services at Saggezza, a global IT consultancy. For example, accounts payable teams can automate the invoicing process by programming the software bot to receive invoice information — from an email or PDF file, for example — and enter it into the company’s accounting system.

Facilitated by AI technology, the phenomenon of cognitive automation extends the scope of deterministic business process automation (BPA) through the probabilistic automation of knowledge and service work. By transforming work systems through cognitive automation, organizations are provided with vast strategic opportunities to gain business value. However, research lacks a unified conceptual lens on cognitive automation, which hinders scientific progress. Thus, based on a Systematic Literature Review, we describe the fundamentals of cognitive automation and provide an integrated conceptualization. We provide an overview of the major BPA approaches such as workflow management, robotic process automation, and Machine Learning-facilitated BPA while emphasizing their complementary relationships.

cognitive automation tools

Let’s see some of the cognitive automation examples for better understanding. Middle managers will need to shift their focus on the more human elements of their job to sustain motivation within the workforce. Automation will expose skills gaps within the workforce and employees will need to adapt to their continuously changing work environments.

A cognitive automation solution for the retail industry can guarantee that all physical and online shop systems operate properly. As a result, the buyer has no trouble browsing and buying the item they want. Start your automation journey with IBM Robotic Process Automation (RPA). It’s an AI-driven solution that helps you automate more business and IT processes at scale with the ease and speed of traditional RPA.

For example, cognitive automation can be used to autonomously monitor transactions. While many companies already use rule-based RPA tools for AML transaction monitoring, it’s typically limited to flagging only known scenarios. Such systems require continuous fine-tuning and updates and fall short of connecting the dots between any previously unknown combination of factors. Cognitive automation maintains regulatory compliance by analyzing and interpreting complex regulations and policies, then implementing those into the digital workforce’s tasks.

Middle management can also support these transitions in a way that mitigates anxiety to make sure that employees remain resilient through these periods of change. Intelligent automation is undoubtedly the future of work and companies that forgo adoption will find it difficult to remain competitive in their respective markets. Levity is a tool that allows you to train AI models on images, documents, and text data. You can rebuild manual workflows and connect everything to your existing systems without writing a single line of code.‍If you liked this blog post, you’ll love Levity. Cognitive automation can uncover patterns, trends and insights from large datasets that may not be readily apparent to humans. With these, it discovers new opportunities and identifies market trends.

To solve this problem vendors, including Celonis, Automation Anywhere, UiPath, NICE and Kryon, are developing automated process discovery tools. Another important use case is attended automation bots that have the intelligence to guide agents in real time. Explore the cons of artificial intelligence before you decide whether artificial intelligence in insurance is good or bad. New insights could be revealed thanks to cognitive computing’s capacity to take in various data properties and grasp, analyze, and learn from them. These prospective answers could be essential in various fields, particularly life science and healthcare, which desperately need quick, radical innovation. One of the most important parts of a business is the customer experience.

Overall, cognitive software platforms will see investments of nearly $2.5 billion this year. Spending on cognitive-related IT and business services will be more than $3.5 billion and will enjoy cognitive automation tools a five-year CAGR of nearly 70%. Cognitive automation describes diverse ways of combining artificial intelligence (AI) and process automation capabilities to improve business outcomes.

Essentially, cognitive automation within RPA setups allows companies to widen the array of automation scenarios to handle unstructured data, analyze context, and make non-binary decisions. Cognitive automation tools can handle exceptions, make suggestions, and come to conclusions. Processing claims is perhaps one of the most labor-intensive tasks faced by insurance company employees and thus poses an operational burden on the company. Many of them have achieved significant optimization of this challenge by adopting cognitive automation tools. Cognitive automation performs advanced, complex tasks with its ability to read and understand unstructured data.

Other than that, the most effective way to adopt intelligent automation is to gradually augment RPA bots with cognitive technologies. In an enterprise context, RPA bots are often used to extract and convert data. After their successful implementation, companies can expand their data extraction capabilities with AI-based tools. In another example, Deloitte has developed a cognitive automation solution for a large hospital in the UK.

You can foun additiona information about ai customer service and artificial intelligence and NLP. In the incoming decade, a significant portion of enterprise success will be largely attributed to the maturity of automation initiatives. Thinking about cognitive automation as a business enabler rather than a technology investment and applying a holistic approach with clearly defined goals and vision are fundamental prerequisites for cognitive automation implementation success. Itransition offers full-cycle AI development to craft custom process automation, cognitive assistants, personalization and predictive analytics solutions. A company’s cognitive automation strategy will not be built in a vacuum. While technologies have shown strong gains in terms of productivity and efficiency, “CIO was to look way beyond this,” said Tom Taulli author of The Robotic Process Automation Handbook. Cognitive automation will enable them to get more time savings and cost efficiencies from automation.

He led technology strategy and procurement of a telco while reporting to the CEO. He has also led commercial growth of deep tech company Hypatos that reached a 7 digit annual recurring revenue and a 9 digit valuation from 0 within 2 years. Cem’s work in Hypatos was covered by leading technology publications like TechCrunch and Business Insider. He graduated from Bogazici University as a computer engineer and holds an MBA from Columbia Business School. This is being accomplished through artificial intelligence, which seeks to simulate the cognitive functions of the human brain on an unprecedented scale. With AI, organizations can achieve a comprehensive understanding of consumer purchasing habits and find ways to deploy inventory more efficiently and closer to the end customer.

cognitive automation tools

This shift of models will improve the adoption of new types of automation across rapidly evolving business functions. CIOs will derive the most transformation value by maintaining appropriate governance control with a faster pace of automation. These areas include data and systems architecture, infrastructure accessibility and operational connectivity to the business. Data mining and NLP techniques are used to extract policy data and impacts of policy changes to make automated decisions regarding policy changes.

With the automation of repetitive tasks through IA, businesses can reduce their costs and establish more consistency within their workflows. The COVID-19 pandemic has only expedited digital transformation efforts, fueling more investment within infrastructure to support automation. Individuals focused on low-level work will be reallocated to implement and scale these solutions as well as other higher-level tasks. Both cognitive automation and intelligent process automation fall within the category of RPA augmented with certain intelligent capabilities, where cognitive automation has come to define a sub-set of AI implementation in the RPA field. As confusing as it gets, cognitive automation may or may not be a part of RPA, as it may find other applications within digital enterprise solutions. When it comes to repetition, they are tireless, reliable, and hardly susceptible to attention gaps.

Having workers onboard and start working fast is one of the major bother areas for every firm. An organization invests a lot of time preparing employees to work with the necessary infrastructure. Asurion was able to streamline this process with the aid of ServiceNow‘s solution. The Cognitive Automation system gets to work once a new hire needs to be onboarded. This integration leads to a transformative solution that streamlines processes and simplifies workflows to ultimately improve the customer experience.

When determining what tasks to automate, enterprises should start by looking at whether the process workflows, tasks and processes can be improved or even eliminated prior to automation. The past few decades of enterprise automation have seen great efficiency automating repetitive functions that require integration or interaction across a range of systems. Businesses are having success when it comes to automating simple and repetitive tasks that might be considered busywork for human employees. Just about every industry is currently seeing efficiency gains, with various automation tasks helping businesses to cut costs on human capital and free up employees to focus on more relevant or higher-value tasks.

Not all companies are downsizing; some companies, such as Walmart, CVS and Dollar General, are hiring to fill the demands of the new normal.” Cognitive computing systems become intelligent enough to reason and react without needing pre-written instructions. Depending on where the consumer is in the purchase process, the solution periodically gives the salespeople the necessary information. This can aid the salesman in encouraging the buyer just a little bit more to make a purchase. To assure mass production of goods, today’s industrial procedures incorporate a lot of automation. Additionally, it can gather and save staff data generated for use in the future.

You can also learn about other innovations in RPA such as no code RPA from our future of RPA article. While these are efforts by major RPA vendors to augment their bots, RPA companies can not build custom AI solutions for each process. Therefore, companies rely on AI focused companies like IBM and niche tech consultancy firms to build more sophisticated automation services. Yet the way companies respond to these shifts has remained oddly similar–using organizational data to inform business decisions, in the hopes of getting the right products in the right place at the best time to optimize revenue. The human element–that expert mind that is able to comprehend and act on a vast amount of information in context–has remained essential to the planning and implementation process, even as it has become more digital than ever. Cognitive automation tools are relatively new, but experts say they offer a substantial upgrade over earlier generations of automation software.

Make your business operations a competitive advantage by automating cross-enterprise and expert work. Please be informed that when you click the Send button Itransition Group will process your personal data in accordance with our Privacy notice for the purpose of providing you with appropriate information. Data governance is essential to RPA use cases, and the one described above is no exception. An NLP model has been successfully trained on sufficient practitioner referral data. For the clinic to be sure about output accuracy, it was critical for the model to learn which exact combinations of word patterns and medical data cues lead to particular urgency status results.

The parcel sorting system and automated warehouses present the most serious difficulty. They make it possible to carry out a significant amount of shipping daily. The Cognitive Automation solution from Splunk has been integrated into Airbus’s systems. Splunk’s dashboards enable businesses to keep tabs on the condition of their equipment and keep an eye on distant warehouses.

Then, as the organization gets more comfortable with this type of technology, it can extend to customer-facing scenarios. Anthony Macciola, chief innovation officer at Abbyy, said two of the biggest benefits of cognitive automation initiatives have been creating exceptional CX and driving operational excellence. In CX, cognitive automation is enabling the development of conversation-driven experiences.

Cognitive automation is an extension of existing robotic process automation (RPA) technology. Machine learning enables bots to remember the best ways of completing tasks, while technology like optical character recognition increases the data formats with which bots can interact. Cognitive automation adds a layer of AI to RPA software to enhance the ability of RPA bots to complete tasks that require more knowledge and reasoning. However, there are times when information is incomplete, requires additional enhancement or combines with multiple sources to complete a particular task. For example, customer data might have incomplete history that is not required in one system, but it’s required in another. The ability to capture greater insight from unstructured data is currently at the forefront of any intelligent automation task.

Once implemented, the solution aids in maintaining a record of the equipment and stock condition. Every time it notices a fault or a chance that an error will occur, it raises an alert. Managing all the warehouses a business operates in its many geographic locations is difficult.

IBM Cloud Pak® for Automation provide a complete and modular set of AI-powered automation capabilities to tackle both common and complex operational challenges. When implemented strategically, intelligent automation (IA) can transform entire operations across your enterprise through workflow automation; but if done with a shaky foundation, your IA won’t have a stable launchpad to skyrocket to success. To reap the highest rewards and return on investment (ROI) for your automation project, it’s important to know which tasks or processes to automate first so you know your efforts and financial investments are going to the right place. Sentiment analysis or ‘opinion mining’ is a technique used in cognitive automation to determine the sentiment expressed in input sources such as textual data. NLP and ML algorithms classify the conveyed emotions, attitudes or opinions, determining whether the tone of the message is positive, negative or neutral. Cognitive automation is also starting to enhance operational excellence by complementing RPA bots, conversational AI chatbots, virtual assistants and business intelligence dashboards.

The NLP-based software was used to interpret practitioner referrals and data from electronic medical records to identify the urgency status of a particular patient. In this case, bots are used at the beginning and the end of the process. First, a bot pulls data from medical records for the NLP model to analyze it, and then, based on the level of urgency, another bot places the patient in the appointment booking system. RPA is referred to as automation software that can be integrated with existing digital systems to take on mundane work that requires monotonous data gathering, transferring, and reformatting. By augmenting human cognitive capabilities with AI-powered analysis and recommendations, cognitive automation drives more informed and data-driven decisions. Its systems can analyze large datasets, extract relevant insights and provide decision support.

You can check our article where we discuss the differences between RPA and intelligent / cognitive automation. Aera releases the full power of intelligent data within the modern enterprise, augmenting business operations while keeping employee skills, knowledge, and legacy expertise intact and more valuable than ever in a new digital era. “One of the biggest challenges for organizations that have embarked on automation initiatives and want to expand their automation and digitalization footprint is knowing what their processes are,” Kohli said. Processors must retype the text or use standalone optical character recognition tools to copy and paste information from a PDF file into the system for further processing. Cognitive automation uses technologies like OCR to enable automation so the processor can supervise and take decisions based on extracted and persisted information. Karev said it’s important to develop a clear ownership strategy with various stakeholders agreeing on the project goals and tactics.

Presiden Harvard Akan Mundur Tahun Depan

Presiden Harvard Akan Mundur Tahun Depan – Lawrence S. Bacow mengarahkan universitas melalui pandemi serta serangan terhadap kebijakan penerimaannya, yang kemungkinan akan menghadapi ujian Mahkamah Agung tahun ini.

Presiden Harvard Akan Mundur Tahun Depan

Lawrence S. Bacow mengumumkan pada hari Rabu bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai presiden Harvard pada Juni 2023 setelah masa jabatan lima tahun, periode di mana ia mengarahkan universitas melalui pandemi virus corona serta serangan terhadap kebijakan penerimaannya, yang kemungkinan akan menghadapi ujian Mahkamah Agung tahun ini.

Seorang akademisi seumur hidup, Mr. Bacow, 70, pertama kali tiba di Harvard sebagai mahasiswa pascasarjana pada tahun 1972, akhirnya memperoleh tiga gelar Harvard. Sebelum memulai pekerjaannya saat ini, ia pernah menjabat sebagai profesor dan rektor di Massachusetts Institute of Technology, kemudian sebagai presiden Tufts University.

Sementara masa jabatan lima tahun sebagai presiden Harvard singkat dibandingkan dengan pendahulunya, Drew Gilpin Faust, yang menjabat 12 tahun, Dr. Bacow mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rasanya seperti waktu untuk pergi.

“Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk meninggalkan pekerjaan seperti ini, tetapi sekarang tampaknya tepat bagi saya,” tulisnya dalam sebuah pesan kepada komunitas Harvard. “Kami telah bekerja sama untuk mempertahankan Harvard melalui perubahan dan badai, dan secara kolektif kami telah membuat Harvard lebih baik dan lebih kuat dalam banyak cara.”

Pengumuman Harvard bahwa Dr. Bacow akan pergi mengikuti pengumuman serupa baru-baru ini oleh beberapa rektor perguruan tinggi terkenal.

Di antara mereka, Lee Bollinger, yang telah menjabat sebagai presiden di Universitas Columbia selama 21 tahun, mengatakan dia akan meninggalkan jabatannya pada akhir tahun akademik 2022-2023; Dr Wayne AI Frederick, seorang ahli bedah yang telah bertugas di Universitas Howard sejak 2013, mengatakan dia akan pergi pada 2024; dan Andrew Hamilton, presiden Universitas New York, mengatakan dia akan mengundurkan diri tahun depan di tahun kedelapan dalam pekerjaannya.

Bacow, yang dibesarkan di Pontiac, Mich., putra seorang imigran yang lolos dari penganiayaan Nazi, mengatakan bahwa dia berencana untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Seorang juru bicara Harvard mengatakan Dr. Bacow tidak memberikan wawancara pada hari Rabu.

Baik Dr. Bacow dan istrinya, Adele F. Bacow, seorang konsultan perencanaan kota, mengumumkan pada Maret 2020 bahwa mereka telah tertular Covid-19. Pada saat itu, Dr. Bacow mengatakan kepada The Harvard Gazette bahwa dia rentan terhadap infeksi karena gangguan autoimun yang didiagnosis sebelumnya, yang tidak dia identifikasi.

Dalam sebuah artikel di bulan April, Majalah Harvard melaporkan bahwa Dr. Bacow telah mengalami “kasus terobosan ringan baru-baru ini setelah perjalanan ke London.”

Sesuatu dari kandidat kuda hitam untuk presiden ketika pemilihannya diumumkan pada tahun 2018, Dr. Bacow adalah anggota dari Harvard Corporation, pemimpin Hauser di tempat tinggal di Pusat Kepemimpinan Publik Harvard Kennedy School of Government, dan di komite untuk memilih penerus Dr. Faust.

Panitia telah meninjau 700 kandidat sebelum menetapkan salah satu anggotanya sendiri, Dr. Bacow sendiri.

Dr. Bacow dipuji karena melobi Kongres untuk kebijakan visa yang lebih lunak bagi mahasiswa internasional selama pandemi, untuk mengumumkan inisiatif perubahan iklim di seluruh universitas dan untuk menyelidiki hubungan universitas dengan perbudakan, baru-baru ini mengumumkan Dana Warisan Perbudakan yang memungkinkan para sarjana dan mahasiswa untuk terus mengungkap hubungan Harvard dengan perbudakan.

Universitas telah berkomitmen $100 juta untuk upaya tersebut, dengan sebagian dari uang yang dialokasikan untuk melacak keturunan orang-orang yang diperbudak di Harvard dan juga untuk membuat program pertukaran antara mahasiswa dan anggota fakultas di Harvard dengan orang-orang di perguruan tinggi dan universitas historis Hitam.

Masa jabatan Dr. Bacow di Harvard bukannya tanpa kontroversi.

Presiden Harvard Akan Mundur Tahun Depan

Tahun lalu, Cornel West, yang dianggap sebagai salah satu filsuf dan aktivis progresif kulit hitam paling terkemuka di negara itu, mengumumkan bahwa dia telah mengundurkan diri dari Harvard Divinity School sebagai akibat dari sengketa kepemilikan.

Pada saat itu, Dr. West menyerang Harvard, menyebutnya sebagai institusi dalam “penurunan dan pembusukan.” Dr. Bacow, yang menolak berkomentar tentang kasus ini, dengan alasan kerahasiaan prosesnya, tetap membela penanganan universitas itu.

Ancaman Penembakan Hoax Mengguncang Sekolah New York

Ancaman Penembakan Hoax Mengguncang Sekolah New York – Taktik yang menggunakan situs media sosial untuk mengarahkan ancaman pada siswa secara individu telah meresahkan sekolah di New York City dan di seluruh negeri.

Ancaman Penembakan Hoax Mengguncang Sekolah New York

Seorang siswa baru berusia 14 tahun di Murrow High School di Brooklyn sedang duduk di kelas sejarah pada suatu pagi di bulan April ketika dia mendapat serangkaian pesan teks mengerikan dari seorang teman. Ancaman untuk menembak sekolah telah diposting di situs obrolan Omegle dan itu termasuk daftar sekitar selusin siswa yang akan dibunuh. Salah satunya adalah gadis berusia 14 tahun.

“Melihat nama anak Anda pada daftar sasaran literal benar-benar hal yang paling menghancurkan,” kata Jessica Heyman, ibu gadis itu.

Tapi gadis itu, yang namanya dirahasiakan, segera tahu bahwa ancaman itu adalah tipuan: Hanya beberapa hari sebelumnya, ancaman lain menargetkan siswa di sekolah menengah lain di Kota New York, Sekolah Clinton, dengan menggunakan bahasa yang persis sama.

Insiden di Murrow dan Clinton adalah dua dari serangkaian ancaman tipuan yang hampir identik yang ditujukan ke lebih dari selusin sekolah di Kota New York selama empat bulan terakhir, dan setidaknya sembilan sekolah lain di seluruh negeri, termasuk yang ada di Long Beach, California, dan Hicksville, NY, di Long Island, menurut orang tua, siswa dan dua pejabat penegak hukum senior.

Sekolah-sekolah New York mencakup banyak sekolah negeri dan swasta paling elit di kota ini, termasuk Sekolah Teman Brooklyn, Sekolah Menengah Teknik Brooklyn dan Sekolah Berkeley Carroll di Brooklyn, dan Sekolah Menengah Beacon, Sekolah Menengah LaGuardia, dan Sekolah Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa di Manhattan. Baru-baru ini minggu ini, kata polisi, sebuah ancaman dibuat terhadap New Utrecht High School di Brooklyn.

John Miller, wakil komisaris untuk divisi intelijen Departemen Kepolisian, mengatakan departemen sedang menyelidiki tujuh dari ancaman ini di New York City, dan berkoordinasi dengan Biro Investigasi Federal, yang menyelidiki ancaman secara nasional.

“Ini bukan ancaman yang kredibel,” kata Miller. “Mereka dimaksudkan untuk menyebabkan gangguan.”

Pihak berwenang yakin bahwa ancaman tersebut dibuat oleh seseorang mungkin di luar negeri, kata Miller yang menemukan nama-nama siswa di sekolah dengan mencari anak-anak di Instagram dengan akun publik menggunakan keterampilan media sosial yang belum sempurna. Seringkali, mereka berpura-pura sebagai siswa sekolah yang mereka ancam, tambah Miller.

Pembuat ancaman menargetkan sekolah-sekolah terkenal untuk mendapatkan perhatian tetapi tampaknya tidak memiliki niat untuk menindaklanjuti, menurut seorang pejabat penegak hukum senior yang terpisah, yang berbicara secara anonim karena dia tidak berwenang untuk membahas ancaman tersebut.

“Kami menangani setiap insiden terkait keamanan dengan serius untuk memastikan keselamatan siswa dan staf kami yang berkelanjutan dan kami bekerja sama dengan NYPD dalam penyelidikan mereka terhadap ancaman ini,” kata Jenna Lyle, juru bicara Departemen Pendidikan.

Selama beberapa dekade, sekolah-sekolah Amerika harus bersaing dengan alarm kebakaran palsu, ancaman bom, dan ancaman untuk melakukan penembakan di sekolah. Tapi tipuan ini mencerminkan realitas baru yang membingungkan bagi negara yang sudah terhuyung-huyung dari epidemi kekerasan massal:

Media sosial telah membuatnya semakin mudah untuk menyusun ancaman kekerasan yang spesifik dan menakutkan yang menyumbat salah satu dari sedikit cara yang harus dilakukan penegak hukum untuk mengawasi mereka.

“Jika sistem menjadi kewalahan oleh alarm palsu, beberapa bisa lolos,” kata Ron Avi Astor, seorang profesor kesejahteraan sosial yang mempelajari kekerasan sekolah di University of California, Los Angeles. “Itu menghilangkan alat besar.”

Ancaman Penembakan Hoax Mengguncang Sekolah New York

Situs tempat ancaman hoax dibuat, Omegle, juga kadang-kadang digunakan oleh pria bersenjata yang membunuh 21 orang di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas. Ancaman hoax yang diposting di Omegle tentang sekolah-sekolah New York City menyebutkan jenis senapan serbu yang akan digunakan. digunakan dalam pemotretan dan musik yang akan dimainkan: Abba.

Prevalensi ancaman penembakan sekolah tipuan dan peningkatan setelah penembakan massal yang sangat terkenal atau mematikan tidak jarang terjadi. Untuk sebagian besar tahun ajaran ini, kota itu rata-rata menerjunkan sekitar dua ancaman penembakan di sekolah sehari, kata pejabat penegak hukum senior. Dalam seminggu setelah penembakan Uvalde, jumlahnya melonjak menjadi sekitar enam per hari.

Belajar Fotografi Saat Berada di Amerika Serikat

Belajar Fotografi Saat Berada di Amerika Serikat – Pernah bermimpi memiliki studio fotografi sendiri atau memiliki karier yang memungkinkan Anda bepergian ke seluruh dunia dan mengambil foto? Apakah Anda ingin melihat foto Anda ditampilkan dalam publikasi media besar, berita olahraga, pameran seni, atau majalah mode kelas atas? Jika Anda menjawab ya untuk semua pertanyaan ini, maka Anda harus mempertimbangkan kesempatan untuk belajar fotografi di AS.

Dapatkan gelar fotografi Anda di AS

Amerika Serikat adalah rumah bagi ratusan perguruan tinggi dan universitas yang menawarkan gelar terbaik dalam fotografi. Beberapa sekolah ini termasuk Institut Seni Chicago, Sekolah Desain Rhode Island, Institut Seni San Francisco, dan daftarnya terus bertambah. Siswa yang belajar fotografi akan mengumpulkan portofolio visual dari pekerjaan mereka, yang akan ditinjau oleh fakultas dan rekan sejawat di akhir program gelar mereka, dan dapat digunakan untuk mempresentasikan kepada calon pemberi kerja atau program pascasarjana setelah lulus.

Apa yang diharapkan dari program fotografi

Program gelar sarjana dalam fotografi membantu siswa mengembangkan keterampilan mereka dalam teknik dasar fotografi, termasuk fotografi hitam dan putih atau berwarna, fotografi digital, prosedur kamar gelap, dan keseimbangan warna. Siswa mempelajari keterampilan dasar seperti teknik penentuan posisi dan sudut pandang, pengambilan gambar di dalam ruangan dan di bawah sinar matahari, menetralkan latar belakang, dan menemukan titik penekanan. Sebagai mahasiswa fotografi, Anda mungkin akan bekerja dengan berbagai peralatan sambil mempelajari cara memotret subjek 2-D dan 3-D, memotret dengan kamera 35mm, dan mempelajari bagaimana lensa, tripod, dan fungsi film.

Program fotografi mendorong siswa untuk mengembangkan gaya pribadi mereka melalui penyampaian ide, emosi, dan informasi.

Beberapa kursus yang mungkin ingin Anda ambil sebagai mahasiswa fotografi meliputi:

  • Kamera digital
  • Sejarah seni
  • Desain 2 dimensi
  • Foto jurnalistik
  • Desain 3 dimensi

Memilih trek fotografi Anda

Saat mengejar gelar sarjana fotografi, tujuannya adalah untuk mendapatkan berbagai pengetahuan tentang fotografi. Banyak sekolah juga menawarkan pilihan untuk fokus pada jalur fotografi tertentu seperti mode, seni rupa, atau jurnalisme foto. Setiap trek menyajikan peluang yang berbeda dan Anda harus memilih salah satu yang paling Anda sukai. Jika Anda menyukai fashion, misalnya, pertimbangkan untuk mempelajari fotografi fashion; Anda mungkin memiliki kesempatan untuk magang di studio profesional dan bekerja dengan model, penata rias, dan desainer pakaian yang dapat mengajari Anda banyak tentang industri ini. Jika Anda lebih suka mengeksplorasi kemampuan fotografi kreatif Anda sendiri, carilah sekolah yang menawarkan kelas fotografi seni rupa. Mempelajari foto jurnalisme atau fotografi dokumenter adalah jalur lain yang juga perlu dipertimbangkan; mereka memungkinkan Anda untuk menceritakan kisah melalui foto dan berbagi gambar yang menggugah pikiran dengan dunia. Sebagian besar sekolah akan menawarkan Anda kesempatan untuk belajar tentang banyak jenis fotografi dan membekali Anda dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil di bidang fotografi mana pun yang Anda pilih untuk dikejar setelah lulus.

Lulusan dengan gelar dalam fotografi mungkin melanjutkan untuk memiliki karir sebagai editor foto, staf museum dan galeri, spesialis multimedia, arsiparis fotografer, teknisi lab foto, fotografer periklanan, fotografer potret, jurnalis foto, atau fotografer perjalanan. Saat memilih di antara trek untuk jurusan Anda, penting untuk memikirkan tentang apa yang pada akhirnya ingin Anda lakukan dengan gelar Anda. Ini akan membantu Anda memutuskan fokus Anda.

Dapatkan pengalaman magang fotografi

Sebagai sarjana fotografi yang belajar, Anda kemungkinan besar akan mengambil bagian dalam magang. Magang fotografi sangat penting karena memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dunia nyata bekerja dengan fotografer profesional, galeri, majalah, dan agensi. Magang sangat bagus untuk membangun jaringan, memperoleh referensi dan surat rekomendasi, dan sering kali dapat mengarah pada pekerjaan setelah lulus. Sekolah biasanya membantu siswanya menemukan magang, jadi jangan terlalu stres mencari magang yang baik!

Menghasilkan gelar sarjana dalam fotografi

Mendapatkan gelar master dalam fotografi biasanya membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun. Jangan berharap untuk menghadiri kelas dengan sesama siswa atau pergi ke ruang kuliah; sebagian besar waktu Anda akan dihabiskan untuk bekerja secara individu dan bertemu dengan profesor / penasihat Anda beberapa kali seminggu. Anda juga perlu menyiapkan tesis untuk dipresentasikan sebelum mendapatkan gelar sarjana Anda. Meskipun setiap program gelar berbeda, ada beberapa karakteristik inti yang cenderung dimiliki oleh program gelar pascasarjana:

Pekerjaan individu / penasihat fakultas:

Siswa mengeksplorasi arah pribadi mereka di bawah pengawasan penasihat fakultas. Siswa bertemu dengan seorang penasihat dan menghadiri kritik rutin dengan rekan-rekan mereka. Kemungkinan besar akan ada komite yang menilai kemajuan setiap siswa di setiap akhir semester.

Menghadiri seminar / mendengarkan pembicara tamu:

Mahasiswa mendalami isu-isu kontemporer dalam seni dan fotografi. Beberapa semester fokus pada topik tertentu dan mahasiswa bertemu dengan para profesional tamu yang mengkritik pekerjaan mereka dan menyajikan topik kritis dan teoritis untuk diskusi dan penelitian.

Tesis dan Pameran:

Belajar Fotografi di AS

Pembimbing fakultas bekerja dengan siswa saat mereka mempersiapkan tesis mereka (pernyataan tertulis) tentang pameran mereka dan menyelesaikan ujian lisan atau presentasi. Ini biasanya merupakan langkah terakhir sebelum mendapatkan gelar Anda.

Di mana pun Anda memilih untuk mengejar gelar pascasarjana, Anda dapat berharap untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang serupa dengan yang disebutkan di atas; gelar sarjana biasanya selalu terdiri dari kritik rekan dan fakultas, pekerjaan independen / pribadi, dan tesis dan pameran portofolio Anda.

Kehidupan setelah gelar Anda …

Setelah mendapatkan gelar fotografi, Anda dapat menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan kontak yang Anda peroleh untuk membantu Anda mengejar karier. Bidang fotografi selalu berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi baru setiap tahun. Dengan pengetahuan fotografi dan pengalaman magang Anda, Anda akan dipersiapkan dengan baik untuk setiap peluang kerja yang menghampiri Anda. Dapatkan gelar fotografi Anda di AS dan jelajahi peluang tak terbatas yang ditawarkan bidang fotografi!

Belajar Musik Saat Berada di Amerika Serikat

Belajar Musik Saat Berada di Amerika Serikat – Musik adalah salah satu bentuk seni yang paling menyenangkan yang dapat diikuti oleh siapa saja, baik mereka menyanyi, memainkan alat musik, atau hanya mendengarkan. Dibutuhkan individu yang benar-benar berdedikasi dan berbakat untuk mengejar gelar musik di pendidikan tinggi.

Sebagian besar program relatif kecil, sangat selektif, dan membutuhkan banyak prasyarat. Namun, jika Anda menikmatinya, gelar di bidang musik bisa menyenangkan dan bermanfaat.

Penting untuk melihat variasi gelar yang ditawarkan program musik sebelum Anda memutuskan untuk belajar musik di AS. Sebagian besar sekolah akan menawarkan satu atau dua dari pilihan gelar berikut:

  • Bachelor of Music, B.M.
  • Bachelor of Fine Arts, B.F.A.
  • Bachelor of Arts, B.A.
  • Bachelor of Science, B.S.
  • Bachelor of Music Education, B.M.E.

Bachelor of Music (BM) adalah gelar paling umum dan biasanya membutuhkan waktu empat tahun untuk menyelesaikannya. Ini dapat mencakup spesialisasi dalam pertunjukan, komposisi, sejarah, teori, studi jazz, produksi musik, musik gereja, dan teknologi musik. Sebagian besar kurikulum berkisar pada teori musik, sejarah, dan pertunjukan.

Gelar Bachelor of Fine Arts (BFA) dapat memakan waktu empat tahun atau lebih untuk diselesaikan dan biasanya menawarkan spesialisasi dalam teater musikal dan tari. Beberapa sekolah akan menawarkan BFA dalam pertunjukan musik, tetapi gelar BM biasanya lebih disukai.

Gelar Bachelor of Arts (BA) biasanya membutuhkan waktu empat tahun untuk menyelesaikan dan termasuk kursus musik yang dikombinasikan dengan kursus seni liberal inti seperti matematika, sains, sastra, dan sejarah. Mahasiswa internasional juga dapat mengejar spesialisasi dalam bisnis musik dan administrasi musik dengan gelar ini.

Perbedaan antara gelar BA dan gelar BM / BFA adalah bahwa BA tidak berdasarkan audisi, tidak ada evaluasi tahun kedua, dan tidak ada persyaratan resital untuk melanjutkan program. Program gelar BM / BFA lebih berbasis teori musik dan membutuhkan partisipasi ansambel.

Gelar Bachelor of Science (BS) juga ditawarkan kepada siswa yang ingin menerima gelar di bidang Musik dan bidang lain di luar program musik. Gelar Bachelor of Music Education (BME) diperuntukkan bagi siswa yang ingin mengajar musik dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah dan menggabungkan musik dengan kelas pendidikan.

Sebagian besar sekolah musik top di AS menawarkan siswa kesempatan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Gelar Master of Music (MM), Master of Education (MME), dan gelar Master of Arts (MA) dapat dikejar langsung setelah Anda menerima gelar sarjana Anda. Anda dapat memilih untuk berspesialisasi dalam musikologi, etnomusikologi, pengiring, aransemen, atau konduktor. Jika Anda ingin menjadi profesor musik di perguruan tinggi atau universitas, Anda harus memiliki gelar PhD atau Doctor of Musical Arts (DMA).

Ada lebih dari 100 program musik universitas di berbagai lokasi di seluruh Amerika Serikat. Seperti biasa, siswa internasional harus mempertimbangkan di mana mereka ingin tinggal, program apa yang ditawarkan di bidang studi mereka, dan profesor mana yang ingin mereka pelajari, sebelum memilih sekolah. Dengan banyaknya pilihan, proses seleksi bisa jadi terasa berat. Berikut ini adalah daftar sekolah musik top di AS dari tahun 2010 untuk membantu Anda mengetahui sekolah mana yang harus dipilih:

Belajar Musik di AS
  • University of Rochester (Eastman School of Music), NY
  • Indiana University (Jacobs School of Music), IN
  • University of Michigan (School of Music, Theatre, and Dance), MI
  • Juilliard School, NY
  • Curtis Institute of Music, PA

University of Rochester (UR) adalah universitas swasta yang didirikan pada tahun 1850 dan berlokasi di Rochester, New York. Ini adalah rumah bagi enam sekolah termasuk Eastman School of Music yang memiliki 130 anggota fakultas, beberapa di antaranya adalah pemenang Penghargaan Pulitzer dan Grammy. Program ini menawarkan gelar BM, BA, dan BS.

Seperti kebanyakan sekolah musik top di AS, Eastman School mewajibkan siswanya untuk mengikuti audisi sebelum mereka dapat diterima untuk masuk. Setiap instrumen memiliki tanggal audisi penampilan mereka sendiri yang biasanya dilakukan di sekolah. Karena Sekolah Eastman sangat terkenal, mereka menawarkan tanggal terjadwal di seluruh kota di AS dan bahkan kota-kota tertentu di Cina. Tanggal audisi berkisar dari akhir Oktober hingga awal Februari.

Pelamar harus berharap untuk diuji pada pertemuan umum, teori, dan musik. Siswa juga akan melakukan wawancara kelompok dengan anggota staf, dan akan diminta untuk melakukan beberapa bagian yang sulit dari ingatan. Persaingan kemungkinan besar akan sulit dengan siswa yang datang dari seluruh negara dan dunia untuk berpartisipasi.

25% dari badan siswa Eastman terdiri dari siswa internasional, mulai dari Korea Selatan hingga Kanada. Selain audisi dan pendaftaran, siswa internasional biasanya harus memberikan skor TOEFL dan menulis esai bahasa Inggris bukan penutur asli jika bahasa Inggris bukan bahasa pertama mereka.

Indiana University (IU) didirikan pada tahun 1820 dan berlokasi di Bloomington, Indiana. 70% dari badan siswa berasal dari Indiana sedangkan sisanya dari 49 dari 50 negara bagian dan 165 negara asing. Sekolah Musik Jacobs memiliki 1.600 siswa dan 180 anggota fakultas.

Program ini unik karena Anda diberi kesempatan untuk mengekspresikan anggota fakultas mana yang ingin Anda ajak bekerja sama secara individu. Gelar BM, BME, dan BS ditawarkan dengan audisi mulai dari Januari hingga Maret. Ada 200 ruang latihan, 4 ruang pertunjukan, 7 studio rekaman, dan perpustakaan musik dengan setengah juta item katalog untuk digunakan siswa.

Terakhir, Sekolah Musik, Teater, dan Tari Universitas Michigan (U-M) didirikan pada tahun 1880 dan berlokasi di Ann Arbor, Michigan. Program ini memiliki 1100 siswa dan 150 anggota fakultas. 21% dari badan siswa berasal dari Michigan dan 3% adalah siswa internasional.

Gelar BM, BFA, dan BS ditawarkan. Anda bisa mendapatkan gelar BFA dalam Studi Jazz, teater musikal, tari, dan teknologi seni pertunjukan. Gelar BS yang sangat selektif dan intens dalam teknik suara juga ditawarkan. Audisi biasanya berlangsung dari Desember hingga Maret dan sekolah menawarkan 12 tempat pertunjukan.

Ingatlah bahwa banyak sekolah lain memiliki program yang mungkin tidak ditawarkan di universitas khusus ini, atau mereka mungkin memiliki persyaratan yang tidak terlalu ketat untuk mendaftar. Jika Anda benar-benar ingin belajar musik di AS, pastikan untuk memenuhi semua tenggat waktu dan ingatlah untuk mempersiapkan lagu-lagu yang secara khusus diminta universitas untuk Anda audisi. Biarkan kesenangan musik Anda bersinar dalam aplikasi Anda, dan penerimaan pasti akan diperhatikan.